Total Tayangan Halaman

Senin, 13 Mei 2013

LAPORAN PENDAHULUAN ARTHRITIS GOUT


A.      Konsep Medis
1.      Anatomi dan Fisiologi
a.       Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.

 1)      Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
a)      Kolumna vertebra
b)      Tengkorak
-        Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera.
-        Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.
-        Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
-        Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
2)      Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
3)      Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

Fungsi Sistem Rangka :
1)      Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2)      Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak, adanya persendian.
3)      Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4)      Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5)      Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow).

Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
F Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
F Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
F Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
F Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya. Bagian tulang tumbuh secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow, dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :
·      Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah, calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
·      Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.
·      Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.

Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi  PHT dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
·      Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
·      Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
·      Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil.
·      Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).

Persendian
        Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Ø Klasifikasi struktural persendian :
ü Persendian fibrosa
ü Persendian kartilago
ü Persendian synovial.
Ø Klasifikasi fungsional persendian :
ü Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara structural, persendian ii dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
ü Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .
ü Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
Ø Klasifikasi persendian sinovial :
ü Sendi sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
ü Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian pada lutut dan siku.
ü Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna.
ü Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
ü Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
ü Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.
a.       Anatomi Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.
Ø Fungsi sistem Muskular
ü Pergerakan
ü Penopang tubuh dan mempertahankan postur
ü Produksi panas.
Ø Ciri-ciri otot
ü Kontraktilitas
ü Eksitabilitas
ü Ekstensibilitas
ü Elastisitas
Ø Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung.
Ø Jenis-jenis Otot
ü Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
ü Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
ü Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
1.      Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit  metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic  pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau  sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

2.      Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a.       Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b.      Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
-       Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
-       Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol..

3.      Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a.       Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b.      Menurunnya ekskresi asam urat.
c.       Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
 Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.  Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.



4.      Manifestasi Klinis
a.       Nyeri  tulang sendi
b.      Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c.       Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d.      Peningkatan suhu tubuh.

Gangguan akut :
o   Nyeri hebat
o   Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
o   Sakit kepala
o   Demam.

Gangguan kronis :
o   Serangan akut
o   Hiperurisemia yang tidak diobati
o   Terdapat nyeri dan pegal
o   Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan monosodium urat dalam jaringan)

5.      Penatalaksanaan Medik
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.
a.       Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b.      Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c.       Kompres dingin
d.      Diet rendah purin
e.       Terapi farmakologi (Analgesic  dan antipiretik)
f.       Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g.      Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h.      Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan.
i.        Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
j.        Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.

6.      Komplikasi
a.       Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b.      Hipertensi dan albuminuria.
c.       Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

7.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b.      SDP meningkat (leukositosis)
c.       Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d.      Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e.       Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

8.      Pencegahan
a.       Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
b.      Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
c.       Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d.      Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
e.       Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
f.       Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
g.      Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh

A.      Konsep Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95% penderita gout adalah pria), dll
b.      Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi lain)
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif)               :    Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas)    :    Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region)                    :    Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya pada pangkal ibu jari)
S (Saverity)                   :`   Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time)                        :    Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya terjadi pada malam hari)
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f.       Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi                       :    Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial                            :    Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual                        :    Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah menurut agamanya
g.      Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1)      Kebutuhan nutrisi
a) Makan          :    Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya protein)
b) Minum         :    Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2)      Kebutuhan eliminasi
                                              a)      BAK          : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
                                              b)      BAB           : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3)      Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan

2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum :
1)      Tingkat kesadaran
2)      GCS
3)      TTV
b.      Peningkatan penginderaan
1)      Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat
2)      Sistem penginderaan
Mata            :    Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola mata
Hidung        :    Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak
Telinga        :    Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga
3)      Sistem kardiovaskuler
Inspeksi       :    Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi         :    Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi   :    Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada suara tambahan
4)      Sistem penceranaan
Inspeksi       :    Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada abdomen
Palpasi         :    Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi        :    Apakah kembung / tidak
Auskultasi   :    Apakah ada peningkatan bising usus
5)      Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi)
6)      Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
c.       Pemeriksaan diasnostik.
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
b.      Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
c.       Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk  kaki dan terbenuknya tofus.
d.      Perubahan pola tidur b.d  nyeri

4.      Intervensi Keperawatan
a.       Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan     : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil                   :
o  Klien melaporkan penelusuran nyeri.
o  menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o  memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o  Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.

INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
·         Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.

·         Bantu klien dalam  mengidentifikasi factor pencetus.

·         Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfamakologi dan non – invasif.


·         Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri.

·         Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

·         Tingkatkan pengetahuaan  tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
·         Hindarkan klien meminum alcohol, kafein, dan obat diuretik.


KOLABORASI
  • Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol

·         Nyeri merupakan respon subjektif yangbdapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.
·         Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
·         Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan farmakologilain menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
·         Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
·         Mengalikan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
·         pegetahuan tersebut membatu mengurangi nyeri dan dapat menbatumeningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
·         pemakaian alkohol, kafein, dan obat-obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.

·         Alopurinol menghambat biosentesis asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat serum.





b.      Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan  : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil      :
o  Klien ikut dalam program latihan
o  Tidak mengalami kontraktur sendi
o  Kekuatan otot bertambah
o  Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
·         Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan.
·         Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit.
·         Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
·         Pantau kemajuan dan perkembangan kemamapuan klien dalam melakukan aktifitas

KOLABORASI
·        Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

·         Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.

·         Gerakan aktif memberi masa tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
·         Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.
·         Untuk mendeteksi perkembangan klien.


·         Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.






c.       Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk  kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan         : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil                   :
o  Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan  orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
o  Mampu menyatakan penerimaan  diri terhadap situasi
o  Mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.

INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
§  Kaji perubhan perspsi dan hubungannya  dengan derajat kletidak mampuan.

§  Ingantkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
§  Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.


§  Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.

§  Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.

§  Dukung prilaku atau usaha peningkata minat atau partisipasi dalam aktifitas rehabilitasi.
KOLABORASI
  • Kolaborasi denagn ahli neuropsikologi dan konseling bila da indikasi .

§  Menetukan bantuan individual dalm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
§  Membantu klien melihat bahwa  peraat menerima kedua bagian dari seluruh tubuh dan mulai menerima situasi baru.
§  Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
§  Menghidupkan kembali perasaan mandiri dn membatu perkemabangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
§  Dukungan perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa percaya diri klien.
§  Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memahami peran individu dimasa mendatang.

§  Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.




d.      DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

INTERVENSI
RASIONAL
·       Tentukan kebiasaan tidurnya dan perubahan saat tidur.

·       Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.



·       Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.

·       Gunakan pagar tempat  tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur jika memungkinkan.

·       Kolaborasi dalam pemberian obat sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi.
·      Mengkaji pola tidurnya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
·      Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
     Membantu menginduksi tidur
·      Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar tempat untuk membantu mengubah posisi.
·      Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.
·      Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.















DAFTAR PUSTAKA




Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet. 1. Jakarta : EGC.




0 komentar:

Posting Komentar