A.
Konsep
Medis
1.
Anatomi
dan Fisiologi
a. Anatomi
Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle
(otot) dan skeletal (tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang
terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat
menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari
tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang
kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka
apendikular, dan persendian.
1) Rangka
aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
a) Kolumna
vertebra
b) Tengkorak
-
Tulang cranial : menutupi dan melindungi
otak dan organ-organ panca indera.
-
Tulang wajah : memberikan bentuk pada
muka dan berisi gigi.
-
Tulang auditori : terlihat dalam
transmisi suara.
-
Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan
laring.
2) Rangka
apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral serta
tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai
aksial.
3) Persendian,
adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1) Tulang
sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya
ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada
tubuh.
2) Pergerakan
; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak, adanya
persendian.
3) Melindungi
organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4) Pembentukan
sel darah (hematopoesis / red marrow).
5) Tempat
penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi
menjadi 4, yaitu :
F Tulang
panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
F Tulang
pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang
karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
F Tulang
ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang karang di
sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
F Bentuk
yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi
tulang pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk
tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon misalnya
tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki sponge tetapi akan
bervariasi dari kuantitasnya. Bagian tulang tumbuh secara longitudinal,bagian
tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk
silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan
vaskuler dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang
kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis,
pembuluh ini menyuplai korteks, morrow, dan sistem harvest.
Persarafan.
Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang dilatasi
kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent
menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan
pertumbuhan maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya
sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami
percepatan sehigga tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan
terhadap injury.Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral
dan hormone sebagai berikut :
· Kalsium dan Fosfor.
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi ini selalu di
pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar
fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
· Calsitonin di
produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar kalsium jika
sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan
sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.
· Vit. D. diproduksi
oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk meningkatkan reabsorbsi
kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT
dalam melepas kalsium dari tulang.
Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari
radiasi sinar ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan
vitamin-vitamin, termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara
alamiah ialah D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada
kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan
diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi kolekalsiferon
atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke
dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau
calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone
parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor
penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau
pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh
usus secara optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D
dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada
gilirannya mengakibatka stimulasi PHT
dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
· Hormon parathyroid. Saat
kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone parathyroid akan meningkat
aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya
hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
· Growth hormone
bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan matriks tulang
yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
· Glukokortikoid mengatur
metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat meningkat atau
menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan matriks organic.
Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.
· Seks hormone
estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat hormone paratiroid.
Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan
terjadinya massa tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian
dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga
persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat
yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Ø Klasifikasi
struktural persendian :
ü Persendian
fibrosa
ü Persendian
kartilago
ü Persendian
synovial.
Ø Klasifikasi
fungsional persendian :
ü Sendi
Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara
structural, persendian ii dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
ü Amfiartrosis
Sendi
dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai
respon terhadap torsi dan kompresi .
ü Diartrosis
Sendi
ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini memiliki rongga
sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua
tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
Ø Klasifikasi
persendian sinovial :
ü Sendi
sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga arah.
Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
ü Sendi
engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian pada lutut
dan siku.
ü Sendi
kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh :
persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna.
ü Persendian
kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap tulang.
Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
ü Sendi
pelana : Contoh : ibu jari.
ü Sendi
peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang
lainnya. Contoh : persendian intervertebra.
a. Anatomi
Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang
berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh
terhadap perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat
tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut otot. Melalui
kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.
Ø Fungsi
sistem Muskular
ü Pergerakan
ü Penopang
tubuh dan mempertahankan postur
ü Produksi
panas.
Ø Ciri-ciri
otot
ü Kontraktilitas
ü Eksitabilitas
ü Ekstensibilitas
ü Elastisitas
Ø Klasifikasi
Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural
berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik), dan secara fungsional
berdasarkan kendali konstruksinya,volunteer (sadar) atau involunter (tidak
sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
Ø Jenis-jenis
Otot
ü Otot
rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
ü Otot
polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
ü Otot
jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
1. Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang
ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat
sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah.
(Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan
heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia.
(Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu
sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah persendian yang
menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu
penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga
terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah
karena adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan
asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal
dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung,
seperti :
a. Faktor
genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b. Penyebab
sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal
yang akan menyebabkan :
-
Pemecahan asam yang dapat menyebabkan
hiperuricemia.
-
Karena penggunaan obat-obatan yang
menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid,
asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol..
3. Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan
yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma
darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat
akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan
tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk
garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak
jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul.
Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit
ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat
memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini
sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas,
merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama
terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang.
Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung
cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical
adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua
pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya
disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki
maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout
atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan
tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus.
Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga,
tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi
dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
4. Manifestasi Klinis
a.
Nyeri tulang sendi
b.
Kemerahan
dan bengkak pada tulang sendi
c.
Tofi
pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d.
Peningkatan
suhu tubuh.
Gangguan
akut :
o
Nyeri hebat
o
Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi
yang terserang
o
Sakit kepala
o
Demam.
Gangguan
kronis :
o
Serangan akut
o
Hiperurisemia yang tidak diobati
o
Terdapat nyeri dan pegal
o
Pembengkakan sendi membentuk noduler
yang disebut tofi (penumpukan monosodium urat dalam jaringan)
5.
Penatalaksanaan
Medik
Tujuan
untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan
pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan
Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl
intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi
pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam
sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai
nyeri berkurang.
g. Nonsteroid, obat-obatan anti
inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau
mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan.
i.
Uricosuric
(Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal
ginjal).
j.
Terapi
pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5
g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap
benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2
kali/hari.
6. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan
aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang
menyebabkan gagal ginjal kronik.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE)
meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c. Ditemukan kadar asam urat yang
tinggi di dalam darah
d. Pada pemeriksaan terhadap contoh
cairan sendi di bawah mikroskop khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti
jamur
e. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang
terkena untuk menunjukkan masa tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi
8. Pencegahan
a. Pembatasan
purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati,
lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam,
Udang, Daun melinjo.
b. Kalori
sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan
asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
c. Tinggi
karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah
protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
e. Rendah
lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
f. Tinggi
cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar
yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut,
buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan
durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
g. Tanpa
alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi
alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma.
Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh
A.
Konsep
Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Identitas
Nama,
umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95% penderita
gout adalah pria), dll
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa
pada sendi ibu jari kaki (sendi lain)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan
klien
R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri
(biasanya pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) :` Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ?
(Biasanya terjadi pada malam hari)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien
yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya
g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Kebutuhan nutrisi
a) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan
makanan kaya protein)
b) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2) Kebutuhan eliminasi
a)
BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
b)
BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3) Kebutuhan aktivitas
Biasanya
klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri
akibat nyeri dan pembengkakan
2.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Keadaan umum :
1) Tingkat kesadaran
2) GCS
3) TTV
b.
Peningkatan
penginderaan
1)
Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin,
serta teraba hangat
2)
Sistem
penginderaan
Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna
sklera, gerakan bola mata
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan
penciuman atau tidak
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan
pendengaran atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga
3)
Sistem
kardiovaskuler
Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1
+ S2 tunggal / ada suara tambahan
4)
Sistem
penceranaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran
pada abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
5)
Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada
ibu jari) dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di
sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi)
6)
Sistem
perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
c.
Pemeriksaan
diasnostik.
Gambaran radiologis pada
stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis
yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang
kecil (punch out).
3.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri sendi b.
d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang rawan
artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
b.
Hambatan
mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan,
dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi
sinovia, dan pembentukan panus.
c.
Gangguan citra
diri b. d perubahan bentuk kaki dan
terbenuknya tofus.
d.
Perubahan pola
tidur b.d nyeri
4.
Intervensi Keperawatan
a.
Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan
sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi
tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil :
o
Klien melaporkan penelusuran nyeri.
o
menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o
memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o
Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
·
Kaji
lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang
baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.
·
Bantu
klien dalam mengidentifikasi factor
pencetus.
·
Jelaskan
dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfamakologi dan non –
invasif.
·
Ajarkan relaksasi:
teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri.
·
Ajarkan
metode distraksi selama nyeri akut.
·
Tingkatkan
pengetahuaan tentang penyebab nyeri
dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
·
Hindarkan
klien meminum alcohol, kafein, dan obat diuretik.
KOLABORASI
|
·
Nyeri
merupakan respon subjektif yangbdapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri.
Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera.
·
Nyeri
dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
·
Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan farmakologilain menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
·
Akan
melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan
terpenuhi dan mengurangi nyeri.
·
Mengalikan
perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.
·
pegetahuan
tersebut membatu mengurangi nyeri dan dapat menbatumeningkatkan kepatuhan
klien terhadap rencana terapeutik
·
pemakaian
alkohol, kafein, dan obat-obatan diuretik
akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.
·
Alopurinol
menghambat biosentesis asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat serum.
|
b. Dk.
II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot,
pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan,
proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil :
o
Klien ikut dalam program latihan
o
Tidak mengalami kontraktur sendi
o
Kekuatan otot bertambah
o
Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
·
Kaji
mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan.
·
Ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit.
·
Bantu
klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
·
Pantau
kemajuan dan perkembangan kemamapuan klien dalam melakukan aktifitas
KOLABORASI
·
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
|
·
Mengetahui
tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
·
Gerakan
aktif memberi masa tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernafasan.
·
Untuk
mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.
·
Untuk mendeteksi
perkembangan klien.
·
Kemampuan
mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim
fisioterapi.
|
c. Dk.
III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk
kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
o
Klien mampu mengatakan atau
mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi
o
Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
o
Mengakui dan menggabungkan perubhan
dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya
negatif.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
§ Kaji perubhan
perspsi dan hubungannya dengan derajat
kletidak mampuan.
§ Ingantkan
kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar
mengontrol sisi yang sehat.
§ Bantu dan
ajurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
§ Anjurkan
orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk
dirinya.
§ Bersama klien
mencari alternatif koping yang positif.
§ Dukung
prilaku atau usaha peningkata minat atau partisipasi dalam aktifitas
rehabilitasi.
KOLABORASI
|
§ Menetukan
bantuan individual dalm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
§ Membantu
klien melihat bahwa peraat menerima
kedua bagian dari seluruh tubuh dan mulai menerima situasi baru.
§ Membantu
meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
§ Menghidupkan
kembali perasaan mandiri dn membatu perkemabangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
§ Dukungan
perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa percaya diri klien.
§ Klien dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan memahami peran individu dimasa mendatang.
§ Dapat
memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
|
d. DK
IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.
Kriteria Hasil
: Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
· Tentukan kebiasaan tidurnya dan perubahan saat
tidur.
· Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan
dalam pola lama dan lingkungan baru.
· Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur,
misalnya mandi hangat dan massage.
· Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat
tidur jika memungkinkan.
· Kolaborasi dalam pemberian obat sedative,
hipnotik sesuai dengan indikasi.
|
· Mengkaji pola tidurnya dan mengidentifikasi intervensi
yang tepat.
· Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak
kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
Membantu menginduksi tidur
· Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan
ukuran dan tinggi tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar tempat untuk membantu mengubah posisi.
· Tidur tanpa gangguan lebih menim-
bulkan rasa segar, dan
pasien mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.
· Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
|
DAFTAR PUSTAKA
Lukman,
Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta :
Salemba Medika.
Muttaqin,
Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.
Cet.1. Jakarta : EGC.
Price,
Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ;
Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Setiadi.
2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suratun.
2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC.
Syaifiddin.
2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Ed.3 ; Cet. 1. Jakarta : EGC.
0 komentar:
Posting Komentar