TOPIK
: Infeksi pada Ibu Nifas
HARI/TANGGAL
: Senin, 12 November 2012
TEMPAT
:
WAKTU
: 08.00 WIB s.d selesai
PEMBICARA
:
PESERTA/SASARAN
: Ibu
Nifas
I.
SUB
TOPIK
1. Pengertian tentang infeksi nifas
2. Penyebab dan cara terjadinya infeksi
nifas
3. Faktor predisposisi infeksi nifas
4. Gambaran klinis infeksi nifas
5. Pencegahan infeksi nifas.
II.
TUJUAN
1.
Tujuan umum
Tujuan umum dari penyuluhan ini
adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nifas diharapkan ibu
nifas mengerti tentang infeksi yang terjadi pada saat nifas.
2.
Tujuan khusus
Setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang infeksi nifas diharapkan:
a.
Ibu
mengetahui pengertian infeksi nifas
b.
Ibu memahami penyebab dan cara terjadinya infeksi nifas
c.
Ibu memahami faktor predisposisi infeksi nifas
d.
Ibu memahami gambaran klinis infeksi nifas
e.
Ibu
memahami pencegahan infeksi nifas
III.
METODA
PENYAMPAIAN
Ceramah
dan Tanya Jawab (CTJ)
IV.
MEDIA
1.
Infokus
2.
Leaflet
V.
MATRIK
KEGIATAN
No
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1.
|
Pembukaan
|
2 Menit
|
-
Salam Pembuka
-
Perkenalan
-
Kontrak Waktu
|
2.
|
Proses
|
8 Menit
|
Penyampaian
materi tentang infeksi pada nifas
|
3.
|
Evaluasi
|
3 Menit
|
-
Tanya jawab
-
Menanyakan kembali
|
4.
|
Penutup
|
2 Menit
|
-
Kesimpulan
-
Salam Penutup
|
VI.
EVALUASI
1. Evaluasi persiapan
Diharapkan :
a. Media yang di sampaikan
·
Tulisasan
rapi dan bisa di baca oleh peserta
·
Tidak
terlalu berbelit-belit ( ringkas)
·
Terpisah
antara gambar dengan tulisan sehingga tidak membingungkan peserta penyuluhan (jika ada)
b. Fasilitas yang memadai sehingga
membantu lancarnya penyuluhan
2. Evaluasi proses
Diharapkan :
a. Penyuluhan berjalan dengan lancer
b. Peserta datang sesuai dengan yang
diharapkan
c. Peserta datang tepat waktu
VII. KESIMPULAN
MATERI
INFEKSI
NIFAS
A.
Pengertian
Nifas
1.
Nifas atau puerperium adalah periode
waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak
hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
2.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Ne'bnatal, 2001:122)
3.
Masa nifas atau masa puerperium mulai
setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu
(Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
4.
Masa nifas (puerperium) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam,
1998:115)
5.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan
melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang
terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali
sehari
B.
Penyebab
dan Cara Terjadinya Infeksi Nifas
1. Penyebab
infeksi nifas
Bermacam-macam
jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari
luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari
jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal
jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a. Streptococcus
haemoliticus anaerobic.
Masuknya
secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus
aureus
Masuknya
secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab
infeksi umum.
c. Escherichia
Coli
Sering
berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius
d. Clostridium
Welchii
Kuman
ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
2.
Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat
terjadi sebagai berikut:
a.
Tangan pemeriksa atau penolong yang
tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
b.
Droplet infection. Sarung tangan atau
alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan
penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c.
Dalam rumah sakit terlalu banyak
kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk
kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d.
Koitus pada akhir kehamilan tidak
merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya
ketuban.
C.
Faktor
Predisposisi Infeksi Nifas
1. Semua
keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak,
diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
2. Proses
persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban pecah
lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan
obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
4. Tertinggalnya
sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi
atau laserasi.
D.
Gambaran
Klinis Infeksi Nifas
1.
Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan
serviks
Gejalanya berupa
rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila
kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup
oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 -
40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
2.
Endometritis
Kadang-kadang
lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih
satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada
endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh
dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau. c.
3.
Septicemia dan piemia
Kedua-duanya
merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari
piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai
tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi
menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam
sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
seperti piemia.
Pada piemia,
penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak
meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta
menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah
umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang ulang suhu meningkat dengan
cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada
saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul
gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula
menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
4.
Peritonitis
Peritonitis
nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada
kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis,
yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior
untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum
disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
5.
Sellulitis pelvika (Parametritis)
Sellulitis
pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu
tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap
kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada
perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi
lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul,
dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap
menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi
cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan
abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil
sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi
abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari
jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung
kencing.
6.
Salpingitis dan ooforitis
Gejala
salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.
7.
Mastitis
Mastitis adalah
infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus (saluran susu) hingga
puting susu pun mengalami sumbatan. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini
dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga
yang baik pada bagian payudaranya.
Pengurutan
payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif
untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Usahakan untuk selalu
menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalahan sikap saat menyusui
dapat menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Menggunakan penyangga bantal saat
menyusui cukup membantu menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.
Beberapa
indikasi yang menunjukkan terjadinya mastitis:
a. Tiba-tiba
muncul rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi adanya rasa nyeri saat
bayi menyusui
b. Timbulnya
rasa demam dan kemerahan disekitar area hisapan dapat pula disebabkan mastitis.
Sisi yang mengalami sumbatan duktus akan menunjukkan warna kemerahan
dibandingkan daerah lainnya
c. Ibu
merasakan gejala menyerupai flu seperti demam, rasa dingin sementara tubuh
terasa pegal dan sakit.
Cara mengurangi efek mastitis:
a. Untuk
memperpendek durasi mastitis, segeralah tidur bila menduga adanya mastitis dan
istirahatlah dengan benar.
b. Konsumsi
echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun dan membantu melawan
infeksi.
c. Kompres
daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air hangat.
d. Bantuan
pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat membantu mempercepat
menghilangkan sumbatan.
e. Tetap
berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan
selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang. Lalu,
lakukanlah pemijatan ringan saat menyusui, ini juga akan sangat membantu.
E.
Pencegahan
Infeksi Nifas
1.
Masa kehamilan
a.
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor
predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati
penyakit-penyakit yang diderita ibu.
b.
Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau
tidak ada indikasi yang perlu.
c.
Koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan
pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
2.
Selama persalinan
a.
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas
membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
b.
Hindari partus terlalu lama dan ketuban
pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
c.
Menyelesaikan persalinan dengan trauma
sedikit mungkin.
d.
Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena
tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit
sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e.
Mencegah terjadinya perdarahan banyak,
bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
f.
Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak
diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
g.
Alat-alat dan kain-kain yang dipakai
dalam persalinan harus suci hama.
h.
Hindari pemeriksaan dalam
berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi
bila ketuban telah pecah.
3.
Selama nifas
a.
Luka-luka dirawat dengan baik jangan
sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
b.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya
diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
c.
Pengunjung-pengunjung dari luar
hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
Sumber
:
http://sahabatpineapple.blogspot.com/2012/06/satuan-acara-penyuluhan-tentang-infeksi.html
0 komentar:
Posting Komentar